Pages

Thursday 22 December 2011

Usahawan Pengangkutan - Konsortium Bas Semenanjung


Konsortium Bas Ekspres Semenanjung (KBES) adalah layanan bis ekspres (_express bus_) yang melayani rute darat di Semenanjung Malaysia dan juga ke negara lain seperti Hat Yai (juga disebut Hadyai atau Had Yai), Thailand dan Singapura. Mereka juga menyediakan layanan sewa (_carter_).
Layanan bis ini (atau bas dalam pengucapan Bahasa Melayu) terdiri dari berbagai kelas, semuanya mempunyai pendingin udara (AC). Tiket bisa didapatkan melalui beberapa cara, yaitu: lewat situs KBES, melalui loket pemesanan langsung seperti yang tersedia di Terminal Puduraya (Hentian Puduraya), atau via agen wisata atau hotel di Malaysia. Berhati-hatilah dengan pencopet, calo tiket, dan lainnya yang kurang mengenakkan, terlebih bila lewat larut malam di terminal ini.
Kami belum pernah melalukan pemesanan tiket melalui situs KBES, jadi kami tidak dapat mengkonfirmasikan kesahihan dan kualitas layanan ini. Bahkan seperti terdapat pada situs KBES, layanan pemesanan hanya tersedia pada pukul 7:00 am – 12:00 am waktu Malaysia. Menurut riset, tiket yang dipesan melalui sistem online adalah semacam kupon tiket, jadi itu belum merupakan tiket yang sah. Kupon tiket tersebut, seperti dijelaskan dalam halaman FAQ, harus ditukarkan di kaunter KBES di terminal paling lambat 30 menit sebelum keberangkatan. Menurut infomasi dari manual KBES, pemesan tiket online dapat memilih tempat duduk yang tersedia. Tiket yang telah dipesan tidak dapat diuangkan kembali atau ditukar.
Kalau tak salah, ada tiga kelas yang dijual di loket terminal bas Puduraya. Kami mempunyai pengalaman mencoba bus ini dari Kuala Lumpur ke Hat Yai, Thailand pada pertengahan 2009 lalu. Kami pernah menemukan beberapa kelas bis lainnya, seperti kelas bis susun (_double deck_), namun kami belum pernah mencobanya.























Trip untuk kelas yang paling bagus adalah RM 60 (sekitar Rp170.000), nama kelasnya adalah Snoozer. Kelas Snoozer mempunyai tiga tempat duduk setiap barisnya (lihat foto di atas) dan sembilan baris tempat duduk (atau total kapasitas 27 penumpang). Kelas Snoozer mempunyai sebuah layar televisi kecil (9″?) dan _headset_ stereo pada masing-masing kursinya. Sandaran kursi dapat dinaikkan atau diturunkan (recliner seat), terdapat pula sandaran kaki yang bisa diatur mealui kontrol di dekat sandaran tangan. Para penumpang bisa memilih berbagai film dan tayangan yang disediakan dengan kontrol yang tersedia di masing-masing kursi.
Bis kelas Snoozer tidak mempunyai toilet (WC) di dalamnya seperti kebanyakan bis kelas eksekutif di Indonesia. Tapi mungkin hampir seluruh bis di Malaysia seperti itu. Namun penumpang tak usah khawatir, bis ini sering sekali berhenti dalam perjalanan. Mungkin semacam terminal atau titik pelaporan. Saya kira kita bisa ijin pengemudi bila ingin tandas dahulu (sekadar buang air kecil).
Seperti juga normalnya transportasi lintas negara, para penumpang juga harus melewati imigrasi ketika akan masuk dan keluar perbatasan, misalnya keluar dari Malaysia, dan masuk ke Thailand. Jalur bis ke Hat Yai akan melalui perbatasan Bukit Kayu Hitam, Propinsi Kedah di Malaysia dan Sadao, Propinsi Songkhla di Thailand.
Dalam perjalanan dari Kuala Lumpur (Hentian Puduraya), Malaysia ke Hat Yai, Thailand, kami mendapat kesempatan dua kali berhenti. Perhentian pertama saat itu masih gelap, mungkin sekitar pukul 2:00 pagi (atau mungkin sebelumnya, saya kurang mencatat detil waktunya). Penumpang diberi kesempatan turun dan menengok sebuah toko camilan yang ada di situ. Yah, mirip dengan keadaan peristirahatan bis di Indonesia pada umumnya, namun toko camilan ini hanya adalah satu saja. Bis kemudian melanjutkan perjalanan hingga perhentian kedua.

Perhentian kedua pada pukul 03:30 AM di sebuah tempat peristirahatan di dekat perbatasan Malaysia. Tempat peristirahatan ini dikelola oleh CTC Recreation Berhad. Menurut informasi yang kami dapatkan dari beberapa penumpang lain, sebentar lagi kita akan mendekati perbatasan Bukit Kayu Hitam, jadi mungkin wajar penumpang dibangunkan agar menyiapkan diri. Dan juga ada warung dan toilet. Saatnya tandas! Kami menyempatkan diri untuk menyegarkan badan, cuci muka dan buang air serta sikat gigi. Dan karena masih diberi waktu agak longgar sekitar 30 menit, kami menyempatkan diri mencicipi makanan yang dijual di situ. Tersedia berbagai jenis makanan, bahkan sebuah toko mengaku menjual makanan Indonesia. Kami meninggalkan tempat peristirahatan ini sekitar pukul 04:15 AM.
Pada pukul 04:30 AM kami sampai di pintu perbatasan Bukit Kayu Hitam. Antrian kendaraan cukup panjang, bis kami mengantri sekitar 20-30 menitan. Saya menyempatkan diri salat Subuh di sebuah mushalla di dekat pintu perbatasan. Seluruh penumpang bis diminta keluar dan menuju antrian imigrasi. Ada sekitar empat atau enam pintu imigrasi yang melayani ratusan penumpang itu. Akhirnya pada pukul 05:05 AM kami sudah keluar pintu imigrasi. Sementara itu kami menanti seluruh penumpang bis lainnya selesai lewat imigrasi. Terdengar kabar beberapa penumpang, yang belakangan kami tahu mereka ibu-ibu dari Indonesia, mempunyai masalah karena kehilangan kupon imigrasi berstempel Malaysia.

Setelah beberapa saat, kami masuk perbatasan Sadao, propinsi Songkhla, Thailand. Seluruh penumpang kembali diminta turun bis dan melaporkan dirinya masing-masing. Setelah melewati pintu imigrasi terus terang kami agak kebingungan dengan lokasi bis kami. Ditambah minusnya petugas yang bisa bahasa Inggris, kami agak khawatir di mana letak bis kami berada. Akhirnya kami menemukan lokasi parkir bis dan kendaraan, di sebuah lapangan yang letaknya pada sebelah kiri pintu keluar imigrasi. Di sana kami kembali menunggu seluruh penumpang bis lainnya selesai keluar pintu imigrasi. Bis lalu meluncur kembali hingga perhentian terakhir di Hat Yai, sekitar 20 km dari titik perbatasan tersebut. Tempat perhentian terakhir adalah sebuah agen perjalanan mitra KBES, di sebuah sudut jalanan Hay Tai, dekat sebuah mal kecil. Saya lihat ada jaringan restoran makanan siap saji terkenal dibuka di situ. Suasana Hat Yai mirip dengan kebanyakan kota-kota kecil di Indonesia.
Kredit foto perbatasan Bukit Kayu Hitam dan Sadao, Wikipedia.

Tuesday 20 December 2011

Tan Sri Dato' Azman Hashim


Tan Sri Dato' Azman Hashim (born July 1939 in Kuala Lumpur) is one of the richest people in Malaysia and his net worth is estimated by Forbes to be US$600 million , making him the 9th richest person in Malaysia 

Early life
Tan Sri Dato’ Azman Hashim was born in July 1939 in Kuala Lumpur to a family of thirteen siblings and spent his childhood in Kampung Baru, Kuala Lumpur. His father was a strict disciplinarian and his mother was a school teacher who later became headmistress of the Kampung Baru Girls’ School. In 1954, he sat for the Senior Cambridge Examination and obtained a first grade. He had wanted to pursue medicine but was offered accountancy instead on a Colombo Plan Scholarship which took him to Australia from 1955 to 1960.He became a Chartered Accountant and Chartered Secretary before the age of 21. He became a Fellow of both the Chartered Institute of Accountants, Australia (FCA Australia) and the Institute of Chartered Secretaries & Administrators (FCIS) in 1960. Later he also became a Fellow of the Institute of Bankers, Malaysia, the Institute of Directors, Malaysia and the Malaysian Institute of Management.
 Career
Tan Sri Dato’ Azman Hashim is well known as a corporate figure. His professional experience began in PerthAustralia where he was employed by Messrs O.L. Haines & Co (Chartered Accountants) from 1955-1960. In 1960, he returned to serve with Bank Negara Malaysia until May 1964 when he left to start his own accountancy practice of Azman & Co which later grew into a partnership, Azman Wong Salleh & Co (Chartered Accountants). He then joined the Board of Malayan Banking Berhad in 1966 and was its Executive Director from 1971 to 1980. He was appointed Executive Chairman of Kwong Yik Bank Berhad in 1980 till 1982 when he became Chairman of the AmBank Group until today. Currently, Tan Sri Dato’ Azman Hashim is Executive Chairman of Amcorp Group Berhad and Chairman of several subsidiaries of the AmBank Group and also Amcorp Properties Berhad.[2]
Tan Sri Dato’Azman is Chairman of the
§  Non-Aligned Movement's (NAM) Business Council
§  Co-Chairman of Malaysia-Singapore Roundtable
§  Co-Chair, United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) Business Advisory Council
§  Board of Trustees, Perdana Leadership Foundation
and President of
§  Malaysia South-South Corporation Berhad
§  Malaysia-Japan Economic Association
§  Malaysia South-South Association
§  Friends of Prisons Association
He is also a Member of the
§  National Economic Consultative Council II (MAPEN II)
§  Business Advisory Council of APEC (”ABAC”)
§  The Trilateral Commission (Asia-Pacific Group)
§  Board of Advisors, AIM Centre for Corporate Social Responsibility
§  Malaysia-British Business Council
§  Malaysia-China Business Council
§  International Advisory Panel, Bank Negara Malaysia
§  International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF)
§  International Advisory Panel,World Islamic Economic Forum
§  Leader of the ASEAN-Japanese Business Meeting (Malaysia Committee, Keizai Doyukai)
He also serves as the Treasurer for the Malaysia-US Private Sector Consultative Group and the Malaysia-Australia Foundation and also Vice-Chairman of the Malaysian Business Council and one of the Governors of the Japanese Chamber of Trade and Industry (JACTIM) Malaysia Foundation. He is also one of the trustees for Malaysian Liver Foundation, Better Malaysia Foundation, ECM Libra Foundation in addition to the AmGroup Foundation.
 Past Involvement
His past involvement included the Chairmanship of :
§  Board of Trustees National Art Gallery (from 1984 to 1991)
§  Malaysian Handicraft Development Corporation (from 1997 to 2000)
§  President of Malaysian Medical Association Foundation (from 1991 to 2003 )
§  Member of the Investment Panel of Lembaga Urusan Tabung Haji (Pilgrimage Fund Board) from 1976 to 1995
§  Patron of the Malaysian Endurance Riding Society (from 2001 to 2004)
 Recognition
Tan Sri Dato’ Azman Hashim’s impressive and extensive contribution to many facets of Malaysian economic landscape has not gone unnoticed. To date he has been awarded numerous honours. His first major award was the Darjah ”Kesatria Mangku Negara” bestowed by His Majesty Yang DiPertuan Agong in 1972; His Royal Highness the Sultan of Selangor honoured him with the ”Darjah Dato’ Paduka Mahkota Selangor” (DPMS) in 1980 which carried the title Dato’; this was followed by the ”Johan Mahkota Negara” (JMN) awarded by His Majesty Yang DiPertuan Agong in 1984. The Asian Finance magazine named him ”Asia’s Banker of the Year” in 1985. This was followed by His Majesty Yang DiPertuan Agong awarding him the ”Darjah Panglima Setia Mahkota” (PSM) in 1988 which bestowed on him the title ”Tan Sri”.
Tan Sri Dato’ Azman Hashim has also earned international recognition. In 1993, the ASEAN Business Forum (formerly known as the ASEAN Institute) presented him with the ”ASEAN Businessman of the Year” award. This was followed in 1995 by the ”Manager of the Year” award from the Harvard Business School Alumni Club of Malaysia. The Kuala Lumpur Malay Chamber of Commerce awarded him with the ”Grand Entrepreneurial Award” in June 1996 and a year later he received the ”Menteri Besar Grand Entrepreneurial Award” from the Selangor Chamber of Commerce in 1997. The latest accolade bestowed on him was the ”Sathya Sai Educare Academy Values for Life Excellence” for his humanitarian contribution in 2004. He received a lifetime achievement award, at 4th Annual Islamic Business and Finance Awards 2009.[3]
As testimony to his inspirational prominence in business and community affairs - Universiti Utara Malaysia honoured him with an Honorary Doctorate in Philosophy in 1985. In recognition of his immense contribution to and success in entrepreneurship, the Universiti Kebangsaan Malaysia awarded him an Honorary Doctorate in Business Administration in 2004.
He is an Honorary Officer of the Order of Australia.
 Personal life
He married on 3 March 1963 and he is blessed with two sons, three daughters and ten grandchildren. Tan Sri Dato’Azman Hashim’s passion also extends to the golf courses and to water sports like riding jet skis, powerboats, scuba diving and he is also known to be the ”Singing Banker”. One of his daughter, Shazrina Azman, is known to be a local artist, nicknamed as Mizz Nina

Azizi Ali(Millionaires Planet)


If Tony Fernandes is synonym with Richard Branson, Azizi Ali of Millionaires Planet can be considered Malaysia's very own Robert Kiyosaki. Azizi Ali made his fortune after accumulating wealth through the property business and investment, and is said to have a total asset in excess of RM5 millions in value to date by diversifying into different property businesses. 
Azizi seems to have undergone a slightly different paths in his quest to achieve a millionaire status. During his youth as a pilot, Azizi found it amusing to realize how fast his money was gone even though having a decent income as a commercial pilot. Then he figured out the way to become rich is by being in the business.
He made a quick research and calculations and execute his plan to open up a music shop, only to realize that life in business is not easy and path to riches did not come cheap.  He discovered at that time that he was not a business material, having lost a few hundred thousands of capital and effort. 
Even though the music shop business almost destroyed his financial life, he never stopped looking for ways to become rich. He started to learn about financial literacy, which in turned helped to put him in a much better financial position. He also learnt that many rich people out there capitalize on the money that they have by venturing into property business and enjoy passive income from the rented properties. Azizi Ali liked this idea as this means he can reach the quest of being a millionaire while at the same time keeping his day job as a pilot.
Azizi shares his knowledge, secret and techniques by conducting workshops and seminars on property. Apart from that, he is also active in writing books as well as featuring in the media and press. He has so far authored many books which have become best sellers, which include:
1. Millionaires are from Different Planet!
2. The Millionaire in Me
3. How to Become a Property Millionaire
4. How to Become a Millionaire Landlord
5. Mxe!
6. The Millionaire's Chronicle
Azizi's love for knowledge and hunger for continued education has enable him to attain the status not many Malaysians can achieve. Apart from being a millionaire and a pilot, at the same time he is also a Chartered Financial Consultant (ChFC) and also holds an MBA from Bath University, UK.

Saturday 17 December 2011

JURIFAH USAHAWAN JAYA 2009/2010


Jurifah Usahawan Jaya 2009/2010

Posted by Hafiz Lidin
Oleh MAZLINA ABDUL MAJID

mazlina@kosmo.com.my


JURIFAH menerima anugerah Usahawan Jaya daripada Mohd. Johari (kanan)
 pada Seminar Usahawan Industri Asas Tani 2010 di Kuala Lumpur semalam.
KUALA LUMPUR - Seorang bekas pegawai sebuah bank di ibu negara, Jurifah Kadis, 43, sangat meminati baulu gulung namun agak sukar baginya memperoleh kuih tradisional itu di pasaran. Kesukaran itu akhirnya mendatangkan idea kepadanya untuk mempelajari cara-cara membuat baulu hingga mendorongnya menjalankan perniagaan dengan jenama 'Baulu Classiq' dengan modal permulaan sebanyak RM15,000. Dia kemudian mengambil keputusan berhenti kerja makan gaji dan menjalankan perniagaan itu secara sepenuh masa. Dalam tempoh 10 tahun, Jurifah tidak menyangka perniagaan hasil titik peluhnya itu mendatangkan pulangan lumayan dan kepayahan tersebut dibalas apabila dinobatkan sebagai pemenang utama pada Pertandingan Usahawan Jaya 2009/2010 (Kategori RM250,000). Dia menerima wang tunai RM3,000, trofi kristal dan sijil penghargaan yang disampaikan oleh Timbalan Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani, Datuk Mohd. Johari Baharum pada Seminar Usahawan Industri Asas Tani 2010 di sini semalam. "Dalam menjana perniagaan, saya juga berbesar hati kerana AgroBank (dulu dikenali sebagai Bank Pertanian Malaysia) banyak memberi laluan mudah kepada saya untuk membuat pinjaman. "Pada masa sama, dalam tempoh sebulan sahaja, saya berjaya mendapat sijil halal daripada Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim)," kata Jurifah yang menekankan bahawa memperoleh sijil halal adalah penting bagi meyakinkan para pengguna.


DULU SAINTIS, KINI USAHAWAN KELISA


Dulu saintis, kini usahawan kelisa

Posted by Hafiz Lidin
Oleh SHAH NIZAM OMAR

shahnizam.omar@kosmo.com.my




HARGA ikan kelisa semakin mahal jika ikan itu semakin membesar.

SEBAGAI seorang saintis yang mengkaji kehidupan flora dan fauna menjadi titik tolak kepada Mohd. Zalalnudin Latipi, 31, membuka sebuah kedai menjual spesies ikan terancam kelisa atau juga dikenali sebagai arowana. Demi minatnya yang berputik sejak kecil Mohd. Zalalnudin nekad meninggalkan jawatannya sebagai seorang saintis. Minatnya kian bercambah apabila beliau berjaya menghabiskan pengajiannya dalam bidang Sosiologi Pemuliharaan di Universiti Malaysia Sabah. Ikan kelisa kepada Mohd. Zalalnudin bukan sekadar ikan hiasan malah kepada mereka yang tahu menilainya, ia boleh menjadi sumber pendapatan.Harganya mampu mencecah ribuan ribu ringgit selain ia digemari oleh kaum Cina di negara ini yang dipercayai membawa tuah kepada pemiliknya. Namun Mohd. Zalalnudin tidak menyangka hobinya yang suka memelihara ikan itu mampu memberikannya sumber pendapatan tetap kepadanya. "Dulu saya hanya bela ikan ini di rumah dan saya ada tujuh akuarium di rumah untuk mengisi ikan-ikan ini. "Namun pada tahun 2005 saya mengambil keputusan untuk berhenti sebagai seorang saintis kerana mahu melibatkan diri secara serius dalam perniagaan menjual ikan kelisa," katanya. Mohd. Zalalnudin tidak menyangka, kedai yang baru dibukanya itu mendapat sambutan menggalakkan daripada penduduk setempat malah ikan kelisa juga mendapat permintaan daripada orang Melayu. "Selain orang Cina, orang Melayu juga menunjukkan minat terhadap ikan ini dan sanggup membelinya walaupun pada harga yang mahal. "Mereka yang datang ke kedai ini sanggup menghabiskan masa berjam-jam semata-mata mahu melihat kecantikan dan kelicikan ikan kelisa," katanya. Menyentuh penjagaan ikan kelisa, beliau memberitahu, tidak susah untuk membelanya tetapi perlu memastikan air yang digunakan dicampurkan dengan ubat antiklorin. "Antiklorin perlu dicampurkan mengikut sukatan yang ditetapkan selain memberi makanan kepada ikan mengikut waktu.

MOHD. ZALALNUDIN menunjukkan buku berkaitan ikan kelisa kepada pelanggan di kedainya, Star Arowana, di Jalan Seberang Perak, Alor Setar, Kedah.
"Ikan ini kebiasaannya makan sejenis ulat yang banyak dijual di pasaran. Lipas dan cengkerik juga boleh diberi tapi lebih baik beli sahaja di pasaran kerana ditakuti serangga ini membawa racun dan mati jika memakannya," katanya. Jelasnya, bagi memenuhi permintaan ikan kelisa di kedainya itu, beliau telah membeli dua buah kolam ikan kelisa di Bukit Merah, Perak. "Kebanyakan ikan-ikan yang ada di kedai di bawa dari sana dan kita akan pilih ikan-ikan terbaik sebelum dipamerkan di kedai bagi menarik minat orang ramai," katanya. Di kedainya terdapat lebih 200 ekor ikan kelisa pelbagai variasi seperti Malaysia Gold Cross Back Golden Arowana, Malaysia Super Red Arowana, Indonesia Chili Red dan sebagainya. Lebih istimewa, harga ikan kelisa semakin meningkat jika ikan itu kian membesar. "Bagi saya ikan ini memang membawa tuah kepada pemiliknya. "Ikan ini juga tidak memerlukan penjagaan yang rapi. Kepada mereka yang berminat untuk mengetahui cara-cara penjagaan ikan kelisa mereka boleh datang terus ke kedai saya," katanya. Bagi mereka yang ingin melihat ikan-ikan yang dijual di kedai Mohd. Zalalnudin, kedainya itu terletak di Star Arowana World di Jalan Seberang Perak, Alor Setar.

Tuesday 13 December 2011

Syed Osman bin Syed Rashtan

ProfilUsahawanPilihan


BIODATA

Nama : Syed Osman bin Syed Rashtan (Sidi Oraza)
Umur : 46 Tahun
Asal : Ayer Itam, Penang, Malaysia
Jawatan : Pengerusi Eksekutif Diversatech (M) Sdn Bhd 


Berbekalkan modal RM6,000 pemberian ibunya, Allahyarhamah Syarifah Zarojarn Syed Azgkhar hasil penjualan rumah mereka, bekas pengarah dan pelakon terkenal sekitar 1990-an, Sidi Oraza memulakan perniagaan mengeluarkan dan memasarkan baja kimia dan organik.

Perniagaan yang dimulakan Sidi atau nama sebenarnya, Syed Osman Syed Rastan, 46, menerusi syarikat yang ditubuhkannya sejak 13 tahun lalu, iaitu Diversatech (M) Sdn Bhd, terus berkembang dengan pasaran bukan saja di Malaysia malah luar negara seperti Indonesia dan di Asia Barat. Dorongan abangnya, Prof Madya Dr Syed Omar yang juga pakar dalam bidang pertanian membuka laluan untuk menceburi bidang pengilangan dan pemasaran baja.

Beliau mengakui terpaksa melalui pelbagai ranjau sebelum mengecapi apa yang ada sekarang, terutama ketika kegawatan ekonomi sekitar pertengahan 1990-an. Bagaimanapun, berpegang kepada prinsip 'usaha adalah tangga kejayaan' dan sentiasa ingat kepada Allah membolehkan beliau mengharungi semua ranjau itu.

Bermula dengan satu produk baja dedaun dikenali sebagai Vita Grow Plus, kini Diversatech yang mempunyai kilang untuk memproses dan mengeluarkan baja di Semenyih sudah mengeluar dan memasarkan enam produk.Malah, syarikat itu turut menubuhkan tiga anak syarikat pemasaran iaitu Peladang Tech (M) Sdn Bhd, Perintis Pelangi dan SPPM Diversa Sdn Bhd. 

Produk keluaran syarikat beliau turut memenangi beberapa anugerah di peringkat kebangsaan dan antarabangsa antaranya Anugerah Reka Cipta dan Inovasi anjuran Kementerian Sains Teknologi dan Alam Sekitar bagi produk Vita Grow pada 2001, Anugerah Reka Cipta dan Inovasi UPM serta Anugerah Reka Cipta dan Inovasi Antarabangsa Geneva bagi produk Zappa pada 2002.

Faiza Bawumi Sayed Ahmad.

Profil Usahawan Pilihan




BIODATA

Nama : Faiza Bawumi Sayed Ahmad.
Umur : 69 Tahun
Asal : Mesir
Jawatan :
Pengarah Urusan Syarikat Faiza Sdn. Bhd
Pendidikan : Diploma Jahitan

Beliau tidak menyangka pengalamannya sebagai juruwang di kedai bapanya dahulu telah mendorongnya bergiat serius sebagai peniaga.Menurut Faiza, kejayaannya sekarang bukan diperolehi dengan mudah, tetapi setelah mengharungi segala cabaran selama 43 tahun berkecimpung dalam dunia perniagaan.

Menurut Faiza beliau datang ke Malaysia pada tahun 1964 kerana mengikut suaminya.Disebabkan sikapnya yang tidak betah duduk diam, dia mengambil upah menjahit sulaman dan menjual pelbagai barangan dapur.Faiza kemudian membuat rempah kari di bawah jenama Bunga Raya dan mengedarkannya di kedai-kedai.

Dengan mempunyai kedai sendiri, beliau mula belajar mengenali pelbagai jenis beras. Sebelum menjual beras, beliau terpaksa pergi dari satu kedai ke kedai lain bagi mendapatkan maklum balas sama ada mereka akan membeli berasnya jika beliau menjualnya.
Atas respons yang positif, Faiza memohon lesen pemborong beras dan menjual pelbagai jenis beras termasuk ponni, basmathi, beras wangi serta beras Siam.

Beliau yang mempunyai 200 pekerja tetap dan lebih 300 pekerja kontrak berkata, dengan penglibatan dalam penghasilan produk tersebut ia memberi pilihan kepada orang Islam untuk mendapatkan produk yang bermutu tinggi dan tanpa diragui status halalnya.

Syarikat milik Faiza kini mengedar lebih 21 jenama beras di negara ini temasuk yang paling dikenali, "Herba Ponni Taj Mahal" dan anak syarikatnya, iaitu Faiza Marketing Sdn Bhd pula melibatkan diri dalam mengilang pelbagai jenis rempah termasuk rempah Raja Kari, rempah Bukhari dan terbaru, rempah rendang.

Monday 12 December 2011

Taib Muda















BIODATA

Nama : Taib Muda
Umur : 53 Tahun
Asal : Kampung Banggol Katong, Serada, Kuala Terengganu
Jawatan : Pengarah Urusan Orisahanif Enterprise
Pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia (SPM)
Isteri : Suri@Ngah Taib


Siapa sangka beliau boleh menjadi jutawan hanya mengusahakan keropak lekor.Pencapaian menakjubkan Taib Muda, 53, atau lebih dikenali sebagai Pak Embong yang tidak mengenal kegagalan atau putus asa dalam perniagaan bagi memastikan impiannya menjadi usahawan berjaya tercapai.

Pembabitan awal Pak Embong dari Kampung Kubang Bujuk, Serada, Kuala Terengganu, dalam bidang itu bermula pada 1985 apabila bertekad keluar daripada kepompong kemiskinan untuk memulakan perniagaan secara kecil-kecilan.

Beliau ketika itu yang bekerja sebagai buruh terpaksa menanggung tujuh anak dengan pendapatan tidak menentu. Dengan bermodalkan RM200, beliau yang masih muda ketika itu membuang perasaan malu apabila sanggup mengayuh beca sejauh 25 kilometer setiap hari bagi mendapatkan bekalan ikan dari jeti Jabatan Perikanan di Pulau Kambing.

Walaupun terpaksa menempuh jatuh dan bangun, termasuk ditipu pada peringkat awal, ia bukan penghalang buat Pak Embong untuk terus bangkit memanfaatkan modal yang dikumpulkan untuk membuka kedai keropok di Kampung Losong Haji Su pada 2006 selain berniaga di pasar malam.


Ternyata usaha dan strateginya tidak sia-sia apabila keropok keluarannya menerima sambutan hangat, terutama daripada orang luar yang bertandang ke perkampungan berkenaan.


Menyedari potensi perniagaan terbabit untuk dikembangkan, Pak Embong berkata, beliau melebarkan sayap perniagaan dengan membuka empat lagi cawangan kedai keropok di Cameron Highlands, Pahang dan Gua Musang, Kelantan.


Kini operasi perniagaan keropoknya berjalan lancar dan semua cawangan berkenaan memberi pulangan seperti diharapkannya dengan purata keuntungan RM30,000 sebulan.
Keuntungan itu juga mampu mencecah RM100,000 sebulan pada musim cuti sekolah dan perayaan.

Dengan memegang prinsip `di mana ada kemahuan di situ ada jalan’, beliau kini boleh berbangga kerana usahanya untuk keluar daripada kancah kemiskinan berjaya, malah mampu memperoleh pendapat lumayan hasil perniagaan keropok.

Datuk Yusuf Taiyoob

Profil Usahawan Pilihan






BIODATA


Nama : Datuk Yusuf Taiyoob
Jawatan :Pengarah Urusan Yusuf Taiyoob Sdn Bhd
Asal : Georgetown, Pulau Pinang
Umur : 52 tahun
Isteri : Datin Yusnita Ramli
Anak : Waseem (9), Safiya (6) dan Safina (3)
Adik-beradik: Anak sulung daripada empat beradik
Jenis perniagaan: Kurma, makanan dalam tin, rempah, makanan kering dan jus buah-buahan
 
 
Nama Yusuf Taiyoob memang tidak asing lagi di negara ini kerana sering dikaitkan dengan kurma, apatah lagi jika disebut nama seperti Safia, Wasem, Safina, Amina, Ajmal, Ajwa dan Kurma Madu Yuta.

Oleh itu tidak keterlaluan beliau layak digelar ‘Raja Kurma Malaysia’, malah anak sulung daripada empat beradik itu turut mengakui Yang Dipertua Negeri Pulau Pinang, Tun Abdul Rahman Abbas, pernah memanggilnya dengan gelaran ‘Datuk Kurma’.

Kini syarikat miliknya, Yusuf Taiyoob Sdn Bhd (Yusuf Taiyoob) menjadi pembekal terbesar pelbagai jenis kurma dan produk mentah makanan kering serta basah dari luar negara untuk pasaran di Malaysia dengan kira-kira 3,000 rangkaian pengedar di seluruh negara.

Prinsip utama dalam hidup Yusuf ialah beliau tidak suka bekerja dengan orang lain atau bergelar pekerja tetapi lebih suka menjadi bos biarpun terpaksa melalui pelbagai kesukaran dan pengalaman pahit.

Sunday 11 December 2011

Usahawan Graduan dan Usahawan Berjaya (Pengangkutan)

Petikan Akhbar NST 5 Sptember 2011 - Usahawan Graduan Edy Marketing


Petikan Akhbar Sinar Harian  - Firefly 


















Petikan Akhbar - Bas Rapid Penang

Usahawan Pengangkutan - Sani Express